Lompat ke konten

Pengalaman Umroh Mandiri: Sebuah Perjalanan Spiritual

  • Umroh

Assalamu’alaikum teman-teman.

Perkenalkan, saya Randy Gusman. Ini adalah tulisan pertama saya seumur hidup yang akhirnya rilis juga, hehe. Mohon maaf sebelumnya jika ada kesalahan dalam penulisan atau pemilihan kata.

Saya ingin berbagi pengalaman Umroh Mandiri yang Alhamdulillah saya dan 3 orang teman lakukan pada bulan November 2024 yang lalu. Mungkin udah agak telat untuk sharing cerita ini, tapi it’s better late than never. Semoga tulisan ini bisa menjadi penyemangat bagi teman-teman yang ingin melaksanakan ibadah Umroh secara mandiri juga. Aamiin.

Niat untuk Kembali ke Tanah Suci

Keinginan saya untuk melaksanakan Umroh mandiri sebenarnya sudah muncul sejak Agustus 2023. Saat itu, Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan dan undangan dari Allah SWT untuk menunaikan ibadah Umroh pertama kali bersama Ibu melalui salah satu agen travel di Kota Batam.

Masjid Nabawi Madinah

Sepulang dari Umroh pertama, pikiran saya selalu terpaut pada dua Tanah Suci, Makkah dan Madinah—tempat terbaik di muka bumi yang selalu dirindukan. Saya masih bisa merasakan ketenangan luar biasa selama di Madinah serta getaran hati saat pertama kali memasuki Masjidil Haram dan melihat Ka’bah. Pengalaman itu akan selalu melekat dalam ingatan.

Melaksanakan Umroh melalui travel memang nyaman dan praktis. Segala kebutuhan sudah disediakan, mulai dari perlengkapan pribadi seperti buku panduan, tas, payung, koper, hingga makan, penginapan, dan transportasi. Sangat cocok bagi teman-teman yang ingin mengajak orang tua atau yang baru pertama kali menjalankan ibadah Umroh ini.

Namun, semakin hari keinginan saya untuk kembali ke Tanah Suci semakin kuat. Saya pun mulai berpikir untuk mencoba perjalanan Umroh secara mandiri karena ingin mencoba belajar mengatur perjalanan dan ingin lebih bebas mengatur waktu selama beribadah di Tanah Suci. Dengan pengalaman mengikuti travel, saya pun semakin mantap untuk mencoba perjalanan mandiri.

Menemukan Promo Tiket Umroh

Allah selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya jika bersungguh-sungguh. Pada 21 Agustus 2024, tepat setahun setelah kepulangan Umroh pertama, saya menemukan iklan dari Maskapai Saudia Airlines yang menawarkan diskon 50% untuk seluruh rute penerbangan internasional mereka. Tanpa berpikir lama, saya pun langsung menghubungi Ibu dan mengajak beliau untuk berangkat kembali—kali ini dengan konsep perjalanan mandiri. Namun, Ibu justru menyarankan saya untuk berangkat sendiri agar lebih mandiri, fokus serta bisa belajar lebih banyak.

Banner promo Saudia

Akhirnya, saya langsung memesan tiket Saudia tersebut dengan rute multicity:

Pergi        : Singapura – Jeddah – Madinah
Pulang     : Jeddah – Singapura

Setelah mendapatkan tiket, saya segera mengabari teman-teman tentang promo ini, berharap ada yang bisa ikut agar kami bisa berbagi biaya penginapan. Beberapa hari kemudian, tiga orang teman memutuskan untuk bergabung dalam perjalanan ini.

Mengurus Visa Umroh dan Siskopatuh

Setelah tiket di tangan, langkah berikutnya adalah mengurus Visa Umroh. Saya mulai mencari informasi secara online hingga menemukan grup khusus Umroh mandiri yang telah memiliki banyak anggota dan ulasan positif.

Saya pun langsung bertanya kepada admin grup tentang cara pembuatan Visa Umroh. Ternyata, visa bisa diurus dengan harga sekitar Rp 2.411.000 (harga per September 2024). Harga ini sudah termasuk Tasreh Raudhah, izin khusus untuk masuk ke Raudhah—area Taman Surga di antara Mimbar Nabi Muhammad SAW dan rumah Beliau, yang kini berada di dalam bangunan Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawwarah.

Visa ini merupakan Visa Umroh resmi, yang dikeluarkan oleh salah satu travel Umroh yang sudah memiliki izin PPIU. Jadi, admin grup tersebut ternyata memiliki akses ke travel Umroh yang sudah memiliki izin PPIU dan bersedia mengeluarkan Visa Umroh secara satuan.

Untuk bisa mendapatkan Visa Umroh, teman-teman hanya butuh 2 persyaratan yang wajib dilampirkan, yaitu :

  • Bukti Tiket Pesawat Pulang – Pergi
  • Passport Aktif dengan nama minimal 2 kata dan masa berlaku lebih dari 6 bulan

Bagaimana jika nama teman-teman hanya terdiri dari 1 kata? Tenang! Caranya sangat gampang. Akan saya bahas pada point khusus di bawah nanti.

Selanjutnya setelah mendapatkan Visa Umroh, saya juga meminta bantuan admin grup untuk mengurus Siskopatuh (Sistem Pengawasan Umroh) yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Dokumen ini bersifat wajib bagi jamaah Umroh asal Indonesia.

Karena tanpa Siskopatuh, ada kemungkinan kita akan mengalami kesulitan saat keberangkatan di imigrasi atau bahkan mendapat teguran dari pihak berwenang saat berada di Arab Saudi. Untuk mendapatkan Siskopatuh ini, saya membayar Rp 200.000,- per orang. Setelah penyerahan dokumen persyaratan selesai diproses, saya mencetaknya dalam bentuk ID Card yang kemudian kami kalungkan selama berada di Arab Saudi sebagai identitas resmi jamaah Umroh asal Indonesia.

Syarat untuk mendapatkan Sikopatuh :

  • Visa Umroh
  • Bukti booking hotel
  • Pass photo 4×6 latar belakang putih
  • Data diri Tour Leader (dalam perjalanan kami, saya sendiri sebagai tour leader)

ID Card Siskopatuh

Oiya teman-teman, syarat untuk membuat Siskopatuh adalah kita sudah harus memiliki bukti booking hotel selama berada di Arab Saudi. Berikut adalah proses booking hotel kami:

Penginapan Makkah dan Madinah

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini dan pengalaman Umroh bersama travel, Alhamdulillah saya sudah sedikit memiliki gambaran tentang area di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Saya pun sering memanfaatkan Google Maps untuk menemukan dan meminta persetujuan rombongan tentang lokasi hotel yang cocok untuk perjalanan kami. Akhirnya, kami ber empat sepakat bahwa kami memilih hotel di arah belakang Masjid Nabawi di Madinah (gate 328) dengan harga Rp 3.512.000,- untuk 3 malam (1 kamar dengan 4 kasur, room only tanpa makan).

Sedangkan hotel di Makkah, kami sepakat untuk memesan di area Misfalah dengan harga Rp 4.998.000,- untuk 5 malam (1 kamar juga dengan 4 kasur juga room only tanpa makan). Total pengeluaran kami berempat untuk hotel adalah kurang lebih Rp 8.510.000,- (atau Rp 2.127.500,- per orang). Kami booking hotel tersebut menggunakan salah satu online travel agent yang sangat terkenal dengan logo berwarna Biru Tua.

Penambahan Nama pada Passport

Nah sebelum keberangkatan, 3 orang teman saya yang lain masing-masing hanya memiliki 1 kata pada nama di passport-nya. Sehingga mereka harus melakukan endorsement terlebih dahulu ke Kantor Imigrasi, guna untuk menambahkan nama Ayah Kandung pada halaman 4 passport. Hal ini wajib dilakukan karena syarat pengurusan Visa Umroh adalah nama dengan minimal 2 kata.

Proses endorsement nama ini tidak dipungut biaya apapun. Teman-teman tinggal datang ke Kantor Imigrasi terdekat dengan membawa persyaratan sebagai berikut :

  • Passport aktif yang akan di-endorse
  • KTP dan KK
  • Akta Lahir
  • Surat rekomendasi dari travel

Untuk surat rekomendasi dari travel ini teman-teman bisa mengurusnya di travel terdekat atau bisa menghubungi saya untuk diskusi lebih lanjut 😊.

Gambar Contoh penambahan nama pada passport

Vaksin Meningitis

Semenjak tahun baru Islam 1446H, Arab Saudi mewajibkan kembali jamaah Umroh untuk memiliki Vaksin Meningitis yang harus disuntikkan minimal 10 hari sebelum masuk ke wilayah mereka. Maka dari itu, kami pun juga melakukan suntik Vaksin Meningitis sebelum keberangkatan di salah satu klinik di Batam. Harga vaksinnya sebesar Rp. 350.000,- dengan persyaratan wajib membawa fotocopy KTP dan passport saat registrasi di petugas klinik.

Vaksin Meningitis ini berlaku selama 3 tahun dan kita akan diberikan buku kecil berwarna kuning sebagai penanda bahwa sudah disuntik. Di dalam buku kuning tersebut terdapat QR Code yang dapat kita scan, dan hasil scan akan muncul validasi keaslian vaksin yang kita dapatkan.

Gambar buku kuning Vaksin Meningitis

Transportasi

Batam – Singapura

Kita lanjut dengan mengurus transportasi. Sebagai Tour Leader perjalanan ini (ceileh Tour Leader :D) saya tentu harus mengajak teman yang lain untuk merencanakan dengan detail tentang transportasi apa saja yang akan kami gunakan. Karena kami berdomisili di Batam dan penerbangan kami dari Singapura, maka kami mulai dengan persiapkan tiket kapal Batam – Singapura PP seharga Rp. 600.000,- (Harbour Bay Batam Ferry Terminal – HarbourFront Ferry Terminal Singapura).

Pelabuhan Singapura HarbourFront – Changi Airport

Setelah itu, kami lanjut mempersiapkan transportasi dari Pelabuhan HarbourFront Singapura menuju Bandara Changi. Ada beberapa opsi untuk dapat sampai ke Changi, yaitu Taksi Umum, Taksi Online, Bus atau bahkan MRT. Setelah mengalami diskusi dan pertimbangan yang panjang, kami pun memutuskan untuk menggunakan MRT dengan masing-masing orang membeli kartu MRT Singapura EZ-Link seharga SGD 10 (termasuk saldo SGD 5).

Masing-masing kartu tersebut kami top-up kembali senilai SGD 2, sehingga setiap kartu sekarang berisi nilai SGD 7. Sebagai informasi, biaya MRT untuk perjalanan pulang-pergi dari HarbourFront ke Changi Airport sekitar SGD 5,18 (kurang lebih Rp. 60.000,-).

Setelah sampai di Changi, kami pun segera check-in dan melewati proses imigrasi dengan lancar hingga menunggu keberangkatan penerbangan pertama ke Jeddah. Hari itu kami dilayani oleh Saudia Boeing 787-9 dengan registrasi HZ-ARE yang memakai livery 75 tahun kemerdekaan.

Saudia Boeing 787-9 HZ-ARE

Bandara Madinah – Hotel | Setibanya di Madinah

Karena penerbangan pergi kami landing terakhir di Madinah, maka kami juga mencari opsi terbaik dari bandara menuju hotel yang sudah kami booking. Pemerintah setempat di Madinah menyediakan shuttle bus dengan rute dari Bandara Madinah hingga kompleks Masjid Nabawi seharga SAR 11.5 (sekitar Rp. 50.000,-) untuk 1 orang. Lokasi pemberhentian Bus ini tidak di depan hotel yang kami pesan sehingga kami mencari opsi lain.

Kami juga mendapatkan opsi menggunakan Taxi Online seperti Careem untuk bisa sampai ke hotel. Berdasarkan aplikasi, harga menggunakan Careem adalah SAR 250 (sekitar Rp. 1.000.000,-). Namun, kami mempertimbangkan ulang opsi ini karena penerbangan kami tiba pukul 3 dinihari. Ada kemungkinan tidak banyak driver yang tersedia, atau harga bisa berubah secara tiba-tiba saat pemesanan di tempat.

Kami juga kembali bertanya kepada admin group yang membantu mendapatkan Visa dan ternyata beliau juga memiliki kenalan supir taksi di sana. Untuk penjemputan bandara dari Madinah ke hotel, beliau menawarkan harga SAR 200 (sekitar Rp. 800.000,-) per mobil. Akhirnya kami memilih opsi ini karena lebih praktis, supir sudah langsung tersedia saat kami landing dan pengantaran sampai di depan pintu hotel.

Ziarah Madinah

Kami juga melaksanakan Ziarah di Kota Madinah ke Masjid Quba, Jabal Uhud serta Perkebunan Kurma. Kami lagi-lagi mengubungi admin yang mengeluarkan Visa untuk menanyakan transportasi Ziarah Madinah. Beliau memberi opsi 3 jam ziarah seharga SAR 200 (sekitar Rp. 800.000,-).

Menurut kami harga tersebut termasuk tinggi karena tempat Ziarah yang 1 dengan yang lainnya tidak terlalu jauh, sehingga kami melihat opsi menggunakan taxi online Careem. Kami membuat simulasi 1 per 1 rute ziarah menggunakan Careem dan akhirnya kami mengambil Kesimpulan bahwasanya menggunakan Careem akan memakan waktu lebih lama, karena harus memesan dan menunggu driver setiap akan pindah tempat ziarah.

Akhirnya kami sepakati bahwasanya akan memesan transportasi secara mandiri di depan hotel. Kami pun mendapati driver yang sangat baik. Saat keluar dari hotel, kami mencoba menghampiri salah satu driver yang sedang free dan mencoba negosiasi.

“Assalamu’alaikum brother how are you? We want to do Medina Ziyarat to Quba Mosque, Uhud Cemetery and also Masjid Qiblatain maybe and the Palm Dates or Kurma do you know..? Can you serve Us for that? How much cost for all of the Ziyarat Route?” tanya saya kepada calon supir kami.

Kemudian beliau menjawab “’Alaikumussalam… Hundred… hundred…” jawabnya terbata-bata sambil menunjukkan sepuluh jari tangannya.

Saya jawab “Hundred Riyal or Hundred Dollar?”

“Hundred Riyal!” sambungnya sambil tertawa.

Saya tanya lagi untuk memastikan, “Hundred Riyal for one car or for one person? We are 4 person so its Four Hundred….? Or….?”

“One hundred for one car brother!!!” jawabnya lebih tegas.

Saya sambung lagi, “One hundred for 1 car, Masjid Quba, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud and Palm Dates HALALLL ?????”

Dengan penuh keyakinan, dia menjawab, “HALAAALLLLLLL!!” Kemudian kami pun melaksanakan Ziarah dengan harga 100 Riyal untuk 4 orang dengan armada yang cukup bagus.

Suasana di sekitar Masjid Quba 11 Nov 2024

Madinah – Makkah | Perjalanan Umroh Wajib

Untuk transportasi dari Madinah ke Makkah, awalnya kami ingin menggunakan Kereta Cepat Haramain. Tetapi akhirnya kami memesan transportasi ke admin pengurusan visa dengan harga 550 Riyal untuk 1 mobil. Kami dijemput di depan hotel di Madinah dan diantarkan sampai ke depan pintu hotel di Makkah.

Kenapa kami tidak jadi menggunakan kereta cepat Haramain? Karena setelah disepakati, jika menggunakan kereta cepat Haramain agak sedikit bolak balik. Sebagai gambaran, dari hotel kami harus menuju Masjid Bir ‘Ali dulu untuk mengambil Miqot dengan kondisi sudah membawa koper dan perlengkapan lain juga. Kemudian dari Miqot, kami harus masuk ke Madinah kembali dan menuju stasiun kereta cepat.

Sesampainya di Makkah, kami juga harus memesan transportasi dari stasiun Makkah ke hotel. Hal ini membuat kami membutuhkan lebih banyak pesanan, sementara seharusnya saat sedang ber-Ihrom, kita disunnahkan atau dianjurkan fokus memperbanyak Talbiyah. Maka kami putuskan untuk carter mobil yang disediakan admin Visa dengan dijemput di depan hotel dan kami bisa fokus ber Talbiyah selama perjalanan.

Oiya mobil kami sempat mengalami pecah ban ditengah perjalanan menuju Makkah. Kami pun sempat berdiri di gurun pasir selama sekitar 30 menit guna menunggu sang supir mengganti ban. Banyak bus-bus jamaah Indonesia melewati kami dan melihat kami berdiri di pinggir jalan. Mereka pun melambai-lambaikan tangannya kepada kami sebagai isyarat bahwa mereka jalan duluan ke Makkah..

Selama menunggu supir, kami meminta Muthawwif yang mendampingi untuk melakukan manasik ulang tentang Ibadah Umroh dan akhirnya menjadi pengalaman tidak terlupakan karena tidak menyangka bahwa akan mengalami momen seperti ini.

Ban mobil bocor ditengah perjalanan ke Makkah

Ziarah Makkah | Ziarah ke Tempat Pelaksanaan Haji

Kami lagi-lagi menggunakan trik yang sama seperti saat melakukan Ziarah Madinah. Di Makkah, kami melakukan Ziarah ke Arafah, Mina, Muzdalifah dan diakhiri dengan mangambil Miqot di Masjid ‘Aisyah guna untuk melaksanakan Ibadah Umroh badal.

Pagi itu sekitar pukul 07.30, kami berdiri di depan hotel dan mencari driver yang kira-kira bisa mengantarkan kami ke Lokasi Ziarah. Kami pun mendekati salah satu driver yang stand by, kemudian melakukan negosiasi.

“Assalamu’alaikum brother, are you free? We want to do Ziarah to Arafat, Mina, Muzdalifah and then Miqot to Ayesha, can you take Us there?” tanya saya kepada supir taksi yang sedang berhenti.

“Wa’alaikumsalam, yes I can, 180 Riyal Ziyarat” balasnya.

Dikarenakan orang yang ramai sekali dan macet, serta kami juga sudah buru-buru, maka saya pun langsung meng-iya kan penawaran sang supir.

“But do you want to wait for Us in Ayesha, before going back to Haram? We want to take Miqot maybe just 15 minutes, our journey will finish here again not in Ayesha” konfirmasi saya kepadanya.

“Yes, here.” Jawabnya Kembali dengan maksud akan mengantarkan lagi ke sini. Kemudian kami pun menaiki mobilnya dan melaksanakan Ziyarah. Sepanjang perjalanan sang supir Alhamdulillah sangat asik dan menguasai tentang Sejarah Islam.

Salah satu tempat Rukun Haji yaitu Lempar Jumroh

Makkah – Jeddah | Menuju Airport Persiapan Kepulangan

Nah saat akan pulang menuju Tanah Air, barulah kami menggunakan Kereta Cepat Haramain sebagai transportasi dari Makkah menuju Bandara Jeddah. Sebagai informasi, Kereta Cepat Haramain memiliki 5 stasiun pemberhentian, yaitu :

  • Makkah
  • Jeddah – Al Sulaimaniyah
  • Jeddah – Airport
  • KAEC
  • Madinah

Kami membeli tiket Haramain Express seharga SAR 42.5 (Sekitar Rp. 130.000,-) per orang melalui website resmi nya (https://sar(dot)hhr(dot)sa/home). Kami membayar menggunakan kartu debit dan eticket Haramain nya langsung automatis masuk ke email yang digunakan untuk membeli tiket tersebut.

Stasiun kereta cepat Haramain Makkah

Akomodasi Makan, Uang Saku dan Lainnya

Sebelum berangkat, kami ber empat sepakat untuk menukarkan uang Riyal Saudi di salah satu money changer yang menyediakan. Saya sendiri menukarkan uang sebanyak SAR 1000 atau sekitar Rp 4.123.000,- (kurs 4.123) saat itu. Uang Riyal tersebut kami gunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari selama berada di Makkah dan Madinah.

Saat booking hotel kami juga sudah memperhitungkan lokasi restoran dengan masakan Indonesia yang terdekat. Untuk di Madinah, arah pintu 326-339 Masjid Nabawi cukup banyak restoran yang menyediakan masakan Indonesia. Teman-teman tidak perlu khawatir atau takut jika nantinya tidak menemukan cita rasa masakan Indonesia di sana.

Sementara di Makkah, teman-teman bisa mengunjungi Safwah Tower lantai 2 dan 3 untuk dapat menjumpai banyak masakan Indonesia. Atau teman-teman juga dapat mengunjungi Abraj Al Bait Tower (Tower Zam-Zam) lantai P4, namun dengan harga yang sedikit tinggi tentunya. Rata-rata 1 porsi makan di Saudi adalah senilai SAR 30-40 (Rp. 150.000,-)

Menu makanan di Abraj Al-Bait Tower

Kami juga sempat mencoba makanan yang ada di restoran hotel tempat kami menginap meskipun memesan kamar tidak dengan fasilitas makan. Di Madinah, kami membayar SAR 30 per orang untuk dapat masuk ke restoran nya dan menikmati semua hidangan yang ada. Sementara di Makkah kami membayar SAR 25. Para pramusaji melayani kami dengan sangat baik, bahkan menawarkan untuk membungkus makanan dan dibawa ke kamar.

Sedangkan untuk paket roaming internet, kami membeli paket roaming Umroh dari salah satu penyedia layanan internet milik Pemerintah Indonesia dengan harga Rp. 375.000,- selama 15 hari perjalanan dengan kuota 10GB. Harga tersebut juga sudah termasuk fasilitas roaming di negara negara transit (daftar negara transit dapat dilihat di setiap penyedia layanan). Kuota tersebut saya rasa cukup untuk perjalanan Umroh selama 10-12 hari dan jika memang memerlukan kuota tambahan, teman-teman bisa juga membeli kartu internet di sana dengan banyak pilihan paket yang ditawarkan.

Penutup

Salah satu perasaan yang paling sedih di dalam hidup adalah saat kita akan meninggalkan Tanah Suci untuk kembali. Hati terasa sangat berat, seolah tak ingin berpisah dengan tempat yang membuat kita lupa dengan hiruk-pikuk dunia. Hati pun selalu berkata, “Ya Allah, hamba bersyukur atas nikmat perjalanan ke Tanah Suci ini. Mungkin hamba adalah makhluk terburuk yang pernah Engkau izinkan mengunjungi rumah-Mu, tetapi hamba mohon Engkau untuk mengampuni dosa kami, menerima amalan kami dan mengizinkan kami untuk dapat kembali ke Tanah Suci ini untuk melaksanakan ibadah Haji dan Umroh. Labbaikallaahumma Labbaik…

Perjalanan Umroh mandiri ini mengajarkan kami untuk selalu mengandalkan Allah dalam setiap langkah hidup. Bayangkan, kami yang sangat kurang akan ilmu agama ini, Allah mudahkan untuk melakukan perjalanan ke rumah-Nya dengan sangat baik. Tidak ada hal yang lebih indah selain berharap kepada-Nya di segala permohonan.

Semoga pengalaman ini bisa menginspirasi siapa saja yang berencana melakukan ibadah ke Tanah Suci. Jangan pernah ragu dengan pertolongan-Nya dan yakinlah bahwa Allah akan selalu memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

7 tanggapan pada “Pengalaman Umroh Mandiri: Sebuah Perjalanan Spiritual”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *